• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Pariwisata
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • Tentang PUSPAR
    •  Visi & Misi
    •  Struktur Organisasi
    • Tenaga Ahli
    •  Keahlian
  • Kegiatan
    • Studi/Penelitian
    • Publikasi
    • Pelatihan
    • Seminar
    • Berita
  • Perpustakaan
  • JURNAL NASIONAL PARIWISATA
  • id
    • en
    • id
  • Beranda
  • Pos oleh
  • page. 3
Pos oleh :

ps.pariwisata

Sarasehan Optimalisasi Potensi Ekraf dalam Mendukung Sektor Pariwisata di Kecamatan Taman, Kota Madiun

BeritaKegiatan Tuesday, 28 January 2025

Peneliti Puspar UGM Dr. Destha Titi Raharja, S.Sos., M.Si  menjadi pembicara dalam acara Sarasehan Optimalisasi Potensi Ekraf dalam Mendukung Sektor Pariwisata di Kecamatan Taman, Kota Madiun. Kegiatan ini di selenggarakan oleh Mahasiswa KKN PPM UGM yang melaksanakan pengabdian di Kecamatan Taman, Kota Madiun. Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Gadjah Mada (UGM) Periode 4 tahun 2024 di Kecamatan Taman dengan mengusung program besar berupa Pengembangan Desa Kawasan Wisata dalam Peningkatan Perekonomian Masyarakat di Kecamatan Taman, Kota Madiun.

Sarasehan mendapat dukungan dari Pemerintah Kecamatan Taman dan Bappelitbangda Kota Madiun. Hadir dalam Sarasehan ini perwakilan dari Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kota Madiun, Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun, Dinas Perdagangan Kota Madiun, Dinas Tenaga Kerja Kota Madiun, dan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Madiun, dan para lurah serta perwakilan pelaku usaha ekonomi kreatif dari seluruh kelurahan di Kecamatan Taman.

Destha Titi Raharjana, selaku peneliti senior di Pusat Studi Pariwisata UGM menyampaikan soal urgensi pengembangan sektor ekraf melalui identifikasi gambaran dan peluang untuk kemudian merumuskan rekomendasi strategis mengenai penguatan ekosistem ekraf di Kecamatan Taman, Kota Madiun. Menurutnya pengalaman selama ini bisa dijadikan fondasi bagi Kecamatan taman dalam pengembangan kawasan wisata.

Pengalaman wisata yang menjadi identitas suatu daerah dapat dicapai melalui kolaborasi antar elemen penggerak pariwisata di suatu daerah. Para penggerak pariwisata bisa menciptakan pengalaman unik secara bersama sebagai nilai jual wisata di Kecamatan Taman.“Ciptakan ambience, atmosfir, yang membuat sense dari Kota Madiun itu berbeda, tidak sama dengan yang lain, karena tourism is different,” paparnya.

Bagi Destha, destinasi yang kreatif akan mampu membawa pada persaingan. Karena dalam pengembangan pariwisata dituntut kemampuan baik dari aspek pengetahuan dan kreativitas.

Bahkan, ia membayangkan pengembangan pariwisata kedepan mengarah pada model wisata berbasis kreativitas. Hal ini sejalan dengan perkembangan ekonomi yang dinilai telah bergeser menuju era ekonomi kreatif. “Pemerintah Kota Madiun pun telah menerbitkan Perda No 11/2024 tentang pengembangan Ekonomi Kreatif. Kata kunci dari ekraf adalah ide, kreativitas. Karena yang dicari dalam pengembangan ekraf adalah eksplorasi, presentasi, dan pengemasan. Pengemasan dapat dilakukan secara tematik berbasis kluster melalui pendekatan kawasan,” paparnya.

Sarasehan yang digelar mahasiswa KKN mendapat sambutan Masyarakat. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan, terutama para pelaku ekraf dari sembilan kelurahan di Kecamatan Taman. Bahkan mereka secara terbuka berbagi cerita mengenai capaian pengembangan kreasi ekraf yang ditekuni selama ini dan harapannya  untuk kedepan terkait pemasaran produk.

Destha menaruh harapan bila sarasehan bisa menjadi titik awal yang baik untuk pertumbuhan ekraf dalam mendukung akselerasi sektor pariwisata. Semangat berkreasi dan perluasan pasar produk ekraf oleh para pelaku usaha diharapkan menjadi perhatian dan tindaklanjut pendampingan oleh OPD terkait.

“Pengembangan ekonomi kreatif sebagai salah satu bagian dari titik awal pertumbuhan pariwisata di suatu daerah memerlukan suatu wadah, yaitu Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Pembentukan Pokdarwis ini tidak lepas dari identifikasi local champion sebagai tokoh penggerak”, katanya.

Dari sesi sharing dalam sarasehan ini, disimpulkan tingginya semangat pelaku ekraf dari tiap kelurahan di Kecamatan Taman dinilai positif. Optimalisasi fungsi Pokdarwis sebagai lembaga kepariwisataan yang digerakkan oleh inisiatif masyarakat dan penggiat pariwisata diharapkan menjadi wadah untuk akselerasi ekraf.

Yusuf Asmadi selaku Camat Taman sungguh senang dengan respon positif dari perwakilan Bappelitbangda dan para pelaku pariwisata. Ia menyambut baik dan mengapresiasi penyelenggaraan sarasehan yang diselenggarakan mahasiswa KKN PPM UGM.

“Terima kasih pada pihak-pihak atas terselenggaranya kegiatan Sarasehan sebagai salah satu program kerja KKN UGM. Empat kelurahan di Kecamatan Taman yang menjadi lokus KKN yaitu Manisrejo, Pandean, Banjarejo, dan Mojorejo kita harapkan menjadi pemicu wisata yang terkoneksi di Kecamatan Taman. Segera kita akan wujudkan dan semua kelurahan di Kecamatan Taman akan terhubung dalam satu paket wisata,” ujarnya.

Febri selaku penanggungjawab program kerja Sarasehan Parekraf mengungkapkan pengembangan ekonomi kreatif menjadi komponen penting pembangunan pariwisata. Urgensinya pengembangan ekonomi kreatif ini adalah pemberdayaan para pelaku usaha, dan ia menjadi pilar praktis dalam pengembangan wisata berupa “something to buy”. “Tentu bukan sekedar membeli suatu produk, melainkan bagaimana para wisatawan atau pengunjung juga membeli pengalaman. Hal ini tentu linear dengan tujuan besar Kecamatan Taman dalam pengembangan sektor pariwisata”, ucapnya.

Iapun menambahkan tidak hanya tema besar pariwisata, para mahasiswa KKN PPM UGM di kota Madiun juga melakukan berbagai kegiatan pendampingan untuk Masyarakat. Diantaranya pendampingan bidang pendidikan, UMKM dan lain-lain.

Prediksi Tren Pariwisata DIY Tahun 2025

BeritaKegiatan Tuesday, 7 January 2025

Peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Destha Titi Raharjana mengatakan tren pariwisata DIY pada 2025 akan mengarah ke cultural immersion atau pengalaman budaya yang mendalam, health and wellness tourism, dan ecotourism atau wisata ramah lingkungan.

Kemudian aktivitas luar ruangan dan petualangan, liburan di tempat yang sejuk, serta digital nomad friendly destinations, artinya wisatawan sembari liburan tetap bisa bekerja dari jarak jauh. Menurutnya peluang untuk merespon tren pariwisata ini menjadi sebuah keniscayaan bagi DIY. “Jika mencermati perkembangan global dan nasional, tentu saja sektor kepariwisataan di DIY akan terpengaruh,” ucapnya.

Dr. Destha Titi Raharjana mengatakan setidaknya ada 7 aspek yang perlu digenjot tahun ini. Di antaranya ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten, tersertifikasi dan profesional dibidangnya. Dukungan layanan teknologi informasi yang lebih memadai. Layanan dan kemudahan akses menuju ke destinasi wisata. Kemudian, kesiapan dan penerimaan masyarakat di masing-masing daya tarik wisata. SDM pemandu wisata yang profesional. Kualitas layanan makan minum yang memenuhi standar kesehatan, kebersihan dan rasa bersaing. Dan kebenaran informasi dan garansi layanan yang diberikan sesuai dengan promosi yang ditawarkan.

Evaluasi Pariwisata DIY 2024

Perkembangan pariwisata DIY pada 2024 secara umum bergerak kearah yang lebih menggembirakan. Kedepan berpeluang untuk lebih dikembangkan, meski terdapat ancaman di dalamnya. Peluang besar tersebut seiring dengan adanya akses Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulonprogo serta akses jalan tol yang tengah dibangun. Dipastikan akan semakin mendorong pergerakan wisatawan ke DIY dan sekitarnya. Sementara tantangannya adalah kesiapan dan inovasi produk wisata yang ditawarkan di wilayah DIY. Kualitasnya harus ditingkatkan lagi. Selain kenaikan kunjungan, hal lain yang perlu diperjuangkan lagi adalah menahan lama tinggal wisatawan atau length of stay. Dibutuhkan diversifikasi daya tarik wisata, inovasi layanan bagi wisatawan agar mereka semakin betah tinggal di Yogyakarta.

Pemerintah Provinsi DIY terus melakukan penataan fasilitas ruang publik, seperti di Malioboro, pengembangan daya tarik di Museum Vredeburg, dan inovasi yang dijalankan museum milik Keraton Yogyakarta. Diharapkan bisa menambah pengalaman baru bagi pengunjung. Lebih lanjut di outer ring road, bertumbuh wisata buatan milik swasta di pinggiran, seperti Sleman dan Gunungkidul. Ini bisa memecah konsentrasi wisatawan, sehingga tidak menumpuk di ring 1 Kota Jogja.Ketersediaan akses memudahkan wisatawan melakukan perjalanan lintas destinasi. Meskipun keterjangkauan dengan transportasi publik masih belum maksimal.

Pengembangan desa wisata berbasis masyarakat performanya sangat prima. Terbukti dengan masuknya 2 desa wisata dalam 50 besar anugerah desa wisata Indonesia 2024, yakni desa Jatimulyo di Kulonprogo dan desa wisata Krebet di Bantul. Kemudian ada dua desa wisata yang dinilai telah mampu menjalankan program desa wisata berkelanjutan sehingga menerima penghargaan sebagai desa wisata berkelanjutan dari Kementerian Pariwisata, yakni desa wisata Sambirejo, dan Kampung Wisata Rejowinangun. Ada juga pengakuan dunia lewat ajang Best Tourism Village versi PBB, yang diberikan kepada desa wisata Wukirsari, Bantul.

Banyaknya event dan festival di DIY menambah tawaran bagi wisatawan yang menjadwalkan berwisata ke DIY. Mulai dari event budaya, kesenian, otomotif, konferensi, music, ataupun sport tourism.

Puspar UGM dan Pemerintah Kabupaten Ende Susun Masterplan dan Detail Engineering Design Pantai Kota Raja

KegiatanPenelitian Tuesday, 10 December 2024

Pemerintah Kabupaten Ende menggandeng  Pusat Studi Pariwisata UGM dalam penyusunan Masterplan dan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Wisata Bahari Pantai Kota Raja.  Kabupaten Ende memiliki pesona alam, budaya, sejarah, kuliner, souvenir yang bisa dijadikan modal besar dalam pembangunan pariwisata. Daya tarik wisata unggulan skala nasional di wilayah ini ialah Danau Kelimutu yang merupakan yang termasuk salah satu dari 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Kelimutu-Ende. Selain Kelimutu, daya tarik wisata lainnya yang sangat potensial untuk dikembangkan di wilayah ini adalah Pantai Kota Raja. Pantai Kota Raja merupakan salah satu objek wisata unggulan di Kabupaten Ende yang ramai dikunjungi wisatawan. Guna mewujudkan Kawasan Wisata Bahari Pantai Kota Raja sebagai sebuah daya tarik wisata unggulan, diperlukan dokumen perencanaan sebagai basis pembangunan, yaitu Rencana Induk dan DED. Rencana Induk ini merupakan pedoman pengembangan objek wisata yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan lingkungannya serta mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada.

Pengembangan kawasan wisata ini telah melalui berbagai kajian dan survei dengan melibatkan banyak pihak melalui Focus Group Discussion (FGD). Untuk meningkatkan lama tinggal wisatawan kawasan ini akan menawarkan beragam daya tarik, baik dari sisi atraksi wisata maupun kuliner, dengan tetap mengedepankan pendekatan berbasis masyarakat lokal. Rencana pengembangan ini akan memperpanjang kawasan wisata Pantai Kota Raja hingga 900 meter, mencakup dua wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Kota Raja dan Kelurahan Kota Ratu.

Diharapkan dokumen ini dapat dimanfaatkan secara optimal guna mendorong pembangunan kepariwisataan Kabupaten Ende lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.

 

Catatan Tim Puspar UGM Ekspedisi ke Puruk Cahu-Murung Raya

BeritaKegiatan Tuesday, 17 September 2024

Perjalanan survei tim Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM dalam rangka penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten (Ripparkab) Murung Raya, dimulai. Survei ini merupakan bagian dari pemetaan potensi dan daya tarik wisata. Diawali pagi hari, Jumat, 6 September 2024 berkoordinasi di Kantor Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (DKOP) Kabupaten Murung Raya, diterima oleh Kepala DKOP, Kabid Pengembangan Destinasi dan jajaran berdiskusi sekilas tentang perkembangan pembangunan kepariwisataan dan tentunya membahas rencana kegiatan survei tim selama berada di wilayah Murung Raya. Setelah dirasa cukup, Tim Puspar UGM dan Tim DKOP memulai petualangan berbagi dua mobil Hilux 4WD, karena medan jalanan pedalaman yang membutuhkan kendaraan dengan spesifikasi tertentu. Medan yang menantang butuh kendaraan yang fit agar bisa naik turun bukit/gunung.

Objek pertama yang dikunjungi adalah Rumah Betang Bantian. Objek ini berada di Desa Tumbang Bantian Kecamatan Sungai Babuat. Objek ini dapat ditempuh sekitar 1,5 jam dari Kota Puruk Cahu. Kami diajak untuk mengenal lebih dekat rumah Betang yang diperkirakan dibangun pada tahun 1898. Situs yang telah berusia 126 tahun ini termasuk Bangunan Cagar Budaya (BCB) memiliki panjang 22,53 m dan lebar 13,5 m dengan jarak antara lantai dan tanah sekitar 2,58 m. Di dalam betang bagian tengah dapat dijumpai 5 patung berbahan kayu Ulin (Besi) yang disebut dengan Duran, yang merupakan simbol dari pelaksanaan ritual Adat Totoh. Bangunan tempat tinggal ini beratap sirap Ulin masih dihuni tiga keluarga dan sering kali dipergunakan untuk kegiatan ritual budaya, pertemuan adat dan warga, dan penyambutan tamu. Atraksi tarian juga disiapkan dan biasa ditampilkan saat penerimaan/penyambutan tamu. Bukan hanya itu, arsitektur bangunan Betang yang unik dari bahan kayu Ulin yang dipergunakan tentu juga menarik diulas sebagai bagian dari edukasi budaya lokal berkenaan dengan bangunan tradisional masyarakat Dayak Siang.

Salah satu daya tarik lain di kampung ini dari sisi kebudayaan ialah minuman tradisional bernama Anding. Anding sejenis minuman beralkohol tradisional merupakan warisan dari tradisi nenek moyang suku Dayak Siang sejak dahulu kala. Minuman ini diolah secara tradisional dengan bahan dasar beras ketan, ragi, gula, cengkeh, ketumbar dan rempah-rempah lainnya, berikut dibuat secara fermentasi. Biasanya minuman alkohol tradisional ini dihidangkan saat acara ritual adat dan keagamaan. Suku Dayak Siang menganggap Anding sebagai simbol menjaga eksistensi budaya, simbol kebersamaan dan mengandung kearifan lokal.

Setelah dirasa cukup, perjalanan kembali dilanjutkan tepatnya di Desa Tumbang Apat. Untuk mencapai lokasi dibutuhkan waktu sekitar 30 menit dari Kampung Tumbang Bantian. Tumbang Apat merupakan desa paling ujung di Kecamatan Sungai Babuat menawarkan keindahan alam dan pesona budaya yang kaya. Kampung ini memiliki segalanya untuk memikat hati setiap pengunjung. Amatan kami di Tumbang Apat difokuskan pada Rumah Betang Apat. Rumah Betang ini tergolong Benda Cagar Budaya (BCB) jauh lebih dulu berdiri dibanding Rumah Betang Bantian, yaitu tahun 1837. Dibangun sekitar 187 tahun silam, Betang Apat merupakan salah satu rumah betang terbesar di Murung Raya, setelah Betang Konut. Keagungan rumah adat ini tidak hanya terletak pada ukuran dan luasan 1,650 m2, luas bangunan 510 m2, dengan tinggi 3,07 m dan panjang rumah 55 m, tetapi juga pada maknanya sebagai simbol kebudayaan dan kehidupan warga Dayak Siang. Bangunan ini memiliki 9 kamar, 4 pintu dan 3 tangga serta satu tiang utama. Fungsi bangunan ini tidak berbeda dengan rumah betang lainnya, menjadi pusat kegiatan budaya yang diselenggarakan warga.

Berbagai tradisi lokal, gotong royong, dan budaya khas lainnya menjadi identitas desa Tumbang Apat, salah satunya adalah Puruk Buah. Puruk buah merupakan kegiatan budaya yang menampilkan dan menumpuk hasil panen buah-buahan di setiap bulan November-Desember, karena potensi buah-buahan di desa ini cukup banyak, seperti Durian. Desa Tumbang Apat adalah salah satu desa penghasil buah durian terbesar di Kabupaten Murung Raya. Tidak kalah menarik dari kebudayaan Tumbang Apat adalah permainan musik tradisional yang disebut Kongkurung. Kongkurung merupakan alat musik tradisional yang dimiliki oleh Suku Dayak Siang Murung Raya. Alat musik ini terbuat dari bambu pilihan sepanjang ±4 m dan di dalamnya terpasang kayu Ulin berbentuk balok kecil serta balok ulin yang dibentuk menyerupai gasing yang mampu mengeluarkan bunyi yang jika di kolaborasikan hentakannya mengeluarkan bunyi yang merdu. Alat musik ini sering dipergunakan masyarakat Dayak Siang saat melaksanakan rutinitas menanam padi. Selain itu, Kongkurung dapat juga dimainkan pada saat tamu-tamu kehormatan datang berkunjung ke desa mereka. Sebelum meninggalkan Rumah Betang Apat, tim sempat diperlihatkan hasil kerajinan tangan warga penghuni Betang, diantaranya Ocong. Ocong sejenis tas punggung yang terbuat dari rotan yang dibelah-belah berbentuk seperti tabung memiliki tinggi sekitar 65 cm dengan garis lingkaran sekitar 50 cm. Selain dipakai untuk membawa barang-barang ketika berpergian, dijadikan sebagai wadah untuk perbekalan saat berburu ke hutan atau tempat menyimpan hasil panen.

Puspar UGM Bersama Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara Susun Masterplan Kawasan Pariwisata Pulau Meti

KegiatanPenelitian Monday, 26 August 2024

Pusat Studi Pariwisata UGM bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Halmahera Utara menyusun Masterplan Kawasan Pariwisata Pulau Meti. Kegiatan ini diawali dengan melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) pada 5 Juni 2024 bertempat di Kantor Balai Desa Todukuiha, Kec. Tobelo Timur, Kab. Halmahera Utara. Kegiatan FGD ini dihadiri oleh stakeholder terkait. Hadir dalam kegiatan ini tim tenaga ahli Puspar UGM Dr. Destha Titi Raharjana, S.Sos., M.Si dan Wijaya, S.Hut., M.Sc.

 

Sementara itu, paparan akhir Penyusunan Masterplan Kawasan Pariwisata Pulau Meti dilaksanakan secara online melalui zoom meeting pada 26 Agustus 2024.

2024 YSEALI Regional Workshop: Sustainable and Inclusive Cultural Tourism

KegiatanSlider Thursday, 22 August 2024

Pusat Studi Pariwisata UGM bekerja sama dengan US Embassy dan The Asia Foundation dalam program Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) Regional Workshop: Sustainable and Inclusive Cultural Tourism yang dilaksanakan di Yogyakarta, Indonesia. Workshop ini bertujuan untuk mendorong para pemimpin muda untuk berdiskusi mengenai isu-isu pariwisata yang berkelanjutan dan inklusif serta menciptakan ruang bagi generasi muda untuk memperkuat jaringan dan komunitas mereka di seluruh Asia Tenggara.

Para peserta berasal dari berbagai latar belakang komunitas dan budaya dari Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Laos, Singapore, dan Thailand, berkumpul untuk mendiskusikan topik keberlanjutan dan inklusivitas dalam budaya pariwisata.

Jason P. Rebholz, Konselor Diplomasi Publik, Misi Amerika untuk Indonesia, mengatakan Asia Tenggara memiliki potensi dlam pengembagan pariwisata budaya  sehingga pariwisata budaya g kini menjadi isu penting di kawasan ini. Oleh karena itu, ia merasa sangat senang peserta dari berbagai komunitas ini membahas pariwisata budaya yang berkelanjutan dan inklusif. “Asia Tenggara adalah kawasan yang kaya akan budaya, tradisi, dan variasi kuliner yang dapat menjadi peluang kerja sama dengan Amerika Serikat dan komunitas global. Kegiatan ini memungkinkan peserta untuk saling belajar, berbagi keahlian, dan memberdayakan satu sama lain untuk masa depan pariwisata budaya,” ujar Jason P. Rebholz.

Lokakarya diadakan sebagai wadah bagi para pemuda dengan potensi kepemimpinan dari negara-negara Asia Tenggara dan Timor Leste, untuk membangun jaringan, bertukar ide dan wawasan, serta bersama-sama memikirkan jalan keluar dari beragam tantangan terkait cagar budaya, usaha pariwisata, serta ragam aspek inklusivitas dan berkelanjutan di Asia Tenggara dan Timor Leste. Selama lokakarya, para peserta berkesempatan untuk memperluas jaringan melalui interaksi dengan sesama peserta, dan memperoleh perspektif akan hubungan baik Amerika Serikat dengan negara-negara ASEAN, termasuk Timor Leste.

Para peserta lokakarya berkesempatan mengunjungi destinasi pariwisata terutama Borobudur, Kota Gede, dan Museum Sonobudoyo untuk belajar mengenai pengelolaan tempat wisata yang berkelanjutan dan inklusif. Mereka pun dipertemukan dengan para pengusaha, organisasi non-profit, pengelola desa pariwisata, dan pimpinan daerah agar dapat memahami bagaimana mempraktikkan apa yang telah dipelajari.

 

 

Pelatihan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (Ripparda)

KegiatanPelatihan Thursday, 1 August 2024

Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM menyelenggarakan pelatihan penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (Ripparda) pada tanggal 30 Juli – 1 Agustus 2024. Kegiatan ini bekerjasama dengan Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Kabupaten Bantul. Peserta pelatihan berasal dari Dinas Pariwisata Bantul.

 

 

 

Puspar UGM Menyusun Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Malinau

KegiatanPenelitian Friday, 26 July 2024

Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malinau dalam menyusun  Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Malinau tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Malinau Tahun 2025-2045.

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, pembangunan kepariwisataan daerah diselenggarakan berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata (RIPPAR) yang meliputi perencanaan pengembangan industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, dan kelembagaan pariwisata. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Malinau menyusun dokumen RIPPAR tersebut, dan selanjutnya akan diproses menjadi Peraturan Daerah tentang RIPPAR.

Tujuan penyusunan Naskah Akademik ini adalah dalam rangka pembentukan Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Malinau, sebagai jawaban atas kebutuhan hukum Daerah terhadap pengaturan terkait pembangunan kepariwisataan.

 

Surat Cinta dari Bulaksumur: Membangun Masa Depan Pariwisata Indonesia yang Tangguh, Berdaulat dan Bertanggung Jawab

AgendaBeritaKegiatanSlider Wednesday, 24 July 2024

Semiloka bertema Surat Cinta dari Bulaksumur: Membangun Masa Depan Pariwisata Indonesia yang Tangguh, Berdaulat, dan Bertanggung jawab menandai Peringatan Dies Natalis Pusat Studi Pariwisata UGM ke-30. Semiloka digelar sebagai wujud perjalanan 30 tahun Puspar UGM berdiri dan kedepannya untuk  terus menelurkan gagasan sebagai bentuk kontribusinya bagi perkembangan kepariwisataan Indonesia agar semakin lebih baik.

Pengakuan masyarakat global terhadap pembangunan kepariwisataan di Indonesia memperlihatkan perkembangan yang baik, dengan dicapainya peringkat 22 dunia berdasarkan Travel Tourism Development Index  yang sebelumnya bertengger pada peringkat 32. Apabila merujuk pada peringkat di atas, secara kuantitatif pembangunan pariwisata Indonesia lebih baik dari Belgia, Selandia Baru, dan Turki. Prestasi ini tentu saja tidak terlepas dari intervensi berbagai kebijakan negara yang pro pada pembangunan industri pariwisata. Salah satunya, terlihat dari peran aktif Indonesia pada kancah global Konferensi Tingkat Tinggi Archipelago and Island States Forum KTT AIS Forum 2023. Melalui forum ini, Indonesia mengajak negara-negara pulau dan kepulauan guna mewujudkan pariwisata berkelanjutan melalui penerapan langkah penting antara lain: mitigasi dan adaptasi perubahan iklim; penerapan blue economy, penanganan sampah, serta tata kelola maritim. Forum ini penting dalam kontribusi ekonomi yang signifikan.

Hanya saja, pencapaian internasional ini tampaknya masih saja menyisakan berbagai pencermatan bagi pemangku kepentingan pariwisata. Apakah benar bahwa kualitas pembangunan kepariwisataan kita sudah berada pada “jalan yang benar”? Apakah pariwisata telah cukup tangguh dalam merespon ketidakpastian dunia global? Apakah pariwisata telah berdaulat di negerinya sendiri? Apakah prinsip-prinsip berkelanjutan telah diterapkan dalam praktik keseharian pembangunan pariwisata?

Berpijak dari berbagai persoalan di atas, sudah saatnya kita memikirkan ulang arah pembangunan pariwisata Indonesia apakah hanya akan mengarah pada peningkatan jumlah wisatawan, sehingga menyebabkan over tourism? Bagaimana mendorong regulasi dan kebijakan serta pengalaman empiris untuk mewujudkan destinasi pariwisata yang bertanggungjawab? Untuk menuju Pariwisata Indonesia 2045, perlu antisipasi ancaman dan cermat dalam melihat peluang menjadi sebuah keniscayaan untuk diperhatikan segenap stakeholders kepariwisataan.

Tujuan dari kegiatan semiloka adalah mendiseminasikan pemikiran dan refleksi para akademisi: merumuskan dan menyebarkan pemikiran para tenaga ahli Puspar UGM, akademisi, dan praktisi, untuk memberikan refleksi mendalam terhadap perkembangan pariwisata Indonesia. Mengusulkan solusi untuk pariwisata Indonesia: menyampaikan usulan dan strategi pada level paradigma, kebijakan, serta praktis guna memperkuat identitas kebangsaan yang lebih berdaulat dan bermartabat dalam mengebangkan kepariwisataan Indonesia.

Dalam semiloka ini, Puspar UGM menghadirkan para pemikir utamanya untuk berbagi perspektif dalam dua sesi utama dimana pada sesi pertamanya menghadirkan Prof. Dr. Phil. Janianton Damanik, M.Si. yang menyoroti kebijakan pariwisata pada masa transisi pemerintahan dimana sejauh mana prioritas kebijakan politik dan ekonomi akan berpengaruh terhadap arah kebijakan pariwisata Indonesia. Senada dengan pembicara sebelumnya, Prof. Ir. Tarcicius Yoyok Wahyu Subroto mengulas tantangan pelestarian dan konservasi yang perlu dilakukan di destinasi dengan paradigma pertumbuhan ekonomi yang masih begitu kuat. Sementara, Prof. Tri Kuntoro Priambodo, membahas sisi gelap digitalisasi yang selama ini selalu diagung-agungkan sebagai salah satu alat pertumbuhan pariwisata, hanya saja keberadaannya juga menimbulkan sisi gelap berupa kejahatan siber yang siap mengintai. Di sisi lain, Prof. Dr. Muhammad Baiguni, M.A., mengingatkan bahwa ada ancaman nyata lain seperti perubahan iklim dan dampak yang menyertainya bagi ekosistem kepariwisataan Indonesia dan juga strategi menghadapinya agar dapat berjalan dengan seimbang.

Sesi kedua menghadirkan Bobby Ardiyanto Setyo Adji sebagai perwakilan GIPI DIY yang membahas mengenai kondisi industri pariwisata yang masih rapuh terhadap ancaman globalisasi dan pasar yang terus menekan. Ia memberikan gambaran berdasarkan informasi yang faktual mengenai bagaimana industri dapat terus berkembang dalam menghadapi tantangan tersebut. Di sisi lain, Dr. Wiwik Sushartami mencoba menguraikan juga kesenjangan dunia pendidikan pariwisata dengan relasinya terhadap dunia industri serta bagaimana cara mengurai kesenjangan tersebut yang dapat menjawab tantangan dari industri.

Dr. rer. Pol. Dyah Widyastuti membahas mengenai bagaimana masifnya pertumbuhan destinasi pariwisata yang berusaha untuk mengejar pertumbuhan demand yang semakin naik sehingga menyebabkan pertumbuhan di destinasi menjadi tidak terkendali dan diskusi mengenai pariwisata hijau menjadi tertinggal. Sesi inipun ditutup oleh Dr. Hendrie Adji Kusworo yang menyuarakan mengenai pentingnya penguatan peran komunitas dalam pembangunan pariwisata, sejauh mana peran tersebut diamati dan bagaimana strategi kedepan komunitas ini dapat menjadi pemain utama penggerak pariwisata Indonesia dan tidak hanya menjadi penonton saja.

 

Materi Semiloka Kepariwisataan 30 Tahun Puspar UGM. Surat Cinta dari Bulaksumur : Membangun Masa Depan Pariwisata Indonesia yang Tangguh, Berdaulat dan Bertanggung Jawab.

KegiatanSeminar Tuesday, 23 July 2024

Berikut kami sampaikan materi Semiloka Kepariwisataan 30 Tahun Puspar UGM yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada pada 23 Juli 2024.

https://s.id/MateriSemiloka30thPusparUGM

12345…8

Recent Posts

  • Mengangkat Pesona Berau: Puspar UGM Rancang Strategi Pemasaran Pariwisata
  • Lestarikan Kebudayaan: Puspar UGM Rancang Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Barito Timur
  • Kolaborasi Mewujudkan Pariwisata Berkelas Dunia: Puspar UGM dan Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumbawa Barat Susun Ripparkab Tahun 2025-2045
  • Puspar UGM Kaji Strategi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Kabupaten Berau
  • Puspar UGM Lakukan Presentasi Pendahuluan Penyusunan Ripparkab Nganjuk
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Pariwisata
Universitas Gadjah Mada

Kompleks Bulaksumur D-8, Yogyakarta,
55281 Indonesia

Email: ps.pariwisata@ugm.ac.id
Telp/Fax : (+62) 274 564-138

WhatsApp : +62 87829709745

© Puspar, Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY