Tema Pelatihan 10 | PEMASARAN DIGITAL DESTINASI WISATA |
Latar Belakang | Tren wisata di dunia mulai berubah. Destinasi pariwisata serta teknologi mempengaruhi cara masyarakat mengakses wisata serta rekreasi. Tidak hanya itu saja perkembangan teknologi khususnya informasi dan komunikasi secara tidak langsung juga mempengaruhi selera dan cara bisnis pariwisata berkembang. Pola pengelolaan informasi pariwisata berbasis platform online membuat bisnis wisata sekarang ini jauh berubah. Bagaimana “kita” menyesuaikan diri dalam kompetisi bisnis pariwisata, sementara gemburan teknologi media baru semakin massif. |
Sasaran yang diharapkan | Peserta :
1. Memaksimalkan promosi pariwisata melalui pemanfaatan teknologi 2. Membuat konten serta mengelola media sosial maupun website pariwisata 3. Mengimplementasikan konsep promosi POS (Paid Media, Owned Media, maupun Sosial Media) dalam memasarkan potensi destinasi. |
Materi Ajar | Bahan Pembelajaran :
a. Pariwisata di era digital b. Teknik promosi destinasi melalui IT c. Dasar-dasar pembuatan konten promosi melalui standar 3A d. Strategi penguatan content media promosi berbasis IT |
Metode Pelatihan | Komposisi :
50 % Teori diskusi di kelas dan 50% Kunjungan Lapangan |
Kegiatan
Tema Pelatihan 6 | PELATIHAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI DESTINASI PARIWISATA |
Latar Belakang | Kekayaan alam Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan nusantara maupun manca negara. Sebagai salah satu negara yang terletak di lempengan Indo-Australia dan Eurasia, Indonesia rawan terhadap berbagai jenis bencana alam seperti gunung Meletus dan gempa bumi yang seringkali diikuti oleh tsunami di wilayah-wilayah yang menjadi destinasi wisata. Bagi daya tarik wisata, pengelola diharapkan mempunyai sumber daya yang tanggap terhadap bencana sehingga mampu meminimalisasi korban. Untuk itu bekal mendasar sangat penting diberikan dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam memberikan tindakan yang efektif ketika terjadi bencana ataupun keadaan/kondisi darurat di daya tarik wisata. |
Sasaran yang diharapkan | Peserta :
|
Materi Ajar | Bahan Pembelajaran :
a. Pengantar : Tanggap bencana di kawasan pariwisata b. Pengenalan jenis bencana di kondisi darurat c. Prosedur tanggap bencana dan kondisi darurat d. Pertolongan pertama pada kecelakaan e. Mengelola emosi dalam keadaan bencana atau kondisi darurat |
Metode Pelatihan | Komposisi :
50 % Teori diskusi di kelas dan 50% Kunjungan Lapangan |
Tema Pelatihan 4 | PENGEMBANGAN WISATA BAHARI BERKELANJUTAN |
Latar Belakang | Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang mempunyai garis pantai terpanjang kedua di dunia dan dilimpahi kekayaan kepulauan dan bahari yang sangat kaya. Laut Indonesia menyediakan keragaman hayati dan keindahan yang mampu menarik kunjungan wisata. Sektor pariwisata bahari yang memiliki prospek untuk mendatangkan devisa bila mampu dikelola dengan maksimal. Sepatutnya, paradigma pengelolaan kekayaan bahari kita sudah tidak lagi mengambil dari alam namun justru diarahkan kepada tindakan pelestarian/konservasi. Bukan itu saja, upaya pengembangan patut dilengkapi dengan kemampuan pengurangan resiko bencana (PRB), khususnya bagi pengelola dan masyarakat di sekitar kawasan kepulauan. Untuk itulah, diperlukan strategi cerdas dalam upaya pengembangan bahari di nusantara ini agar lebih bernilai ekonomis dan konservatif. |
Sasaran yang diharapkan | Peserta :
|
Materi Ajar | Bahan Pembelajaran :
|
Metode Pelatihan | Komposisi :
50 % Teori diskusi di kelas dan 50% Kunjungan Lapangan |
Tema Pelatihan 2 | PENGELOLAAN DESA WISATA BERBASIS MASYARAKAT |
Latar Belakang | Tujuan pembangunan kepariwisataan salah satunya untuk kesejahteraan masyarakat. Peran serta masyarakat menjadi bagian vital yang tidak dapat dilepaskan untuk mendorong akselerasi pembangunan sektor ini. Eforia membangun daya tarik yang berlokasi di wilayah perdesaan menjadi tren yang jamak saat ini dipilih sebagai peluang meningkatkan ekonomi masyarakat. Di pihak lain, dana desa dipandang mampu menjadi peluang guna menfasilitasi program pembangunan wisata di desa. Cerita sukses, telah dihasilkan dari pola pengelolaan wisata berbasis masyarakat yang memanfaatkan dana desa. Program ini dirancang untuk memberikan pondasi secara komprehensif bagi perencana, dan pengelola wisata perdesaan agar lebih paham serta mampu merancang pembangunan wisatanya secara lebih berkelanjutan. |
Sasaran yang diharapkan | Peserta :
Memiliki pemahaman secara komprehensif atas konsepsi wisata desa/ desa wisata Memiliki pemahaman terkait model pengembangan dalam membangun wisata di desa Memiliki pemahaman dalam upaya penguatan kelembagaan dan SDM di desa wisata Memiliki pemahaman atas pemanfaatan dana desa bagi pembangunan desa wisata |
Materi Ajar | Bahan Pembelajaran :
|
Metode Pelatihan | Komposisi :
50 % Teori diskusi di kelas dan 50% Kunjungan Lapangan |
Tema Pelatihan 1 | TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH |
Latar Belakang | Regulasi kepariwisataan, tertuang dalam UU No 10/2009 memberikan ketegasan bahwa Provinsi dan Kabupaten / Kota wajib menerbitkan dokumen Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan. RIPPARDA, atau sekarang istilah menjadi RIPPARProv-Kab/Kota merupakan dokumen strategis yang diharapakan mampu secara komprehensif mengupas kondisi eksisting serta perencanaan terkait dengan empat komponen pembangunan pariwisata, yaitu aspek destinasi, kelembagaan, industri dan pemasaran. Atas dasar inlah, pentingnya pembekalan bagi pejabat di Bappeda/Dinas Pariwisata untuk secara komprehensif memahami dokumen RIPPARDA (RIPPARKAB/KOTA) berikut dengan Draft Ranperdanya. |
Sasaran yang diharapkan | Peserta :
Memiliki pemahaman atas urgensi penyusunan Ripparda Memiliki pengetahuan terkait pendekatan dalam menyusun Ripparda Memiliki pemahaman secara komprehensif tahapan penyusunan Ripparda & Naskah Akademik serta Draft Raperda tentang Ripparda |
Materi Ajar | Bahan Pembelajaran :
|
Metode Pelatihan | Komposisi :
50 % Teori diskusi di kelas dan 50% Kunjungan Lapangan |
Tema Pelatihan 11 | PEMASARAN DESTINASI WISATA
|
Latar Belakang | Proses berwisata dapatlah dipandang sebagai proses transaksional, antara produsen dan konsumen. Wisatawan selaku konsumen perlu mendapatkan informasi yang pasti atas produk yang ditawarkan, atau daya tarik yang hendak dinikmati. Lebih khusus lagi, pemasaran dibidang pariwisata berbeda dengan cara memasarakan produk lainnya, sehingga diperlukan kecermatan dan cara cerdas untuk mampu mengenalkan produk yang disediakan agar dapat diterima pasar. Strategi jitu dalam melakukan pemasaran destinasi menjadi jaminan bagi keberlanjutan destinasi itu sendiri. |
Sasaran yang diharapkan | Peserta :
Memiliki pengetahuan mendasar atas pemasaran destinasi. Memiliki kemampuan dalam merencanakan pemasaran wisata. Memiliki pemahaman terhadap segmentasi pasar wisata. Memiliki ketrampilan dalam pemanfaatan IT untuk pemasaran destinasi.
|
Materi Ajar | Bahan Pembelajaran :
|
Metode Pelatihan | Komposisi :
50 % Teori diskusi di kelas dan 50% Kunjungan Lapangan |
Tema Pelatihan 6 | TEKNIK PERANCANGAN PRODUK DAN PASAR WISATA MINAT KHUSUS |
Latar Belakang | Perkembangan sektor kepariwisataan, salah satunya ditandai dengan adanya pergeseran minat berwisata. Motivasi wisatawan tidak dapat diabaikan. Khususnya bagi pengelola/pengambil kebijakan agar mampu membaca selera pasar. Pergeseran minat wisatawan inilah yang menjadi point utama, khususnya dalam pengembangan wisata minat khusus. Wisata minat khusus, memberikan penekanan pada aspek motif/keinginan wisatawan, yang secara khusus ingin mendapatkan pengalaman dikala mereka berwisata. Pemahaman mendasar atas bagaimana mengembangkan aktivitas wisata minat khusus menjadi penting, agar destinasi lebih mampu menahan lama tinggal wisatawan. |
Sasaran yang diharapkan | Peserta :
Mampu memiliki pemahaman mendasar atas wisata minat khusus. Mampu menjalakan strategi perencanaan produk wisata minat khusus. Mampu melakukan perencanaan pemasaran wisata minat khusus. |
Materi Ajar | Bahan Pembelajaran :
|
Metode Pelatihan | Komposisi :
50 % Teori diskusi di kelas dan 50% Kunjungan Lapangan |
Ketua Tim : Prof. Dr.-Phil. Janianton Damanik, M.Si.
Koordinator Studio : Wijaya, S. Hut., M.Sc.
Pemerintah melalui Nawacita ke-3 mendorong pembangunan Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa-desa dalam kerangka NKRI. Amanat UU No.6/2014 tentang Desa menyebutkan bahwa pembangunan kawasan perdesaan sebagai salah satu pendekatan dalam menyelesaikan permasalahan desa. Langkah awal dalam pembangunan kawasan perdesaan adalah menyusun RPKP dengan lokus KPPN Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi.
Ketua Tim : Dian Agung Wicaksono, S.H., LL.M.
Koordinator Studio : Wijaya, S. Hut., M.Sc.
Sektor pariwisata memiliki peranan penting bagi pembangunan daerah dan pemberdayaan masyarakat, termasuk di Kabupaten Aceh Tamiang. Hal tersebut tercermin dari tujuan pembangunan pariwisata, yakni untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat, serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Maka dari itu, adanya perencanaan yang matang menjadi hal yang substansial dalam rangka mencapai penyelenggaraan pembangunan kepariwisataan yang sistematis, terencana, berkelanjutan, dan bertanggung jawab.
Ketua Tim : Prof. Dr.-Phil. Janianton Damanik, M.Si.
Koordinator Studio : Wijaya, S. Hut., M.Sc.
Ripparda Kota Sibolga telah disusun tahun 2014. Dalam waktu 5 tahun ini telah terjadi perubahan yang relatif cepat, baik dalam regulasi maupun pemekaran wilayah kecamatan dan kelurahan/desa. Salah satu yang strategis adalah Peraturan Menteri (Permen) Pariwisata Nomor 10 tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata (Rippar) provinsi, kab./kota yang wajib dipedomani dan Undang-Undang No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang mengharuskan setiap provinsi/kabupaten/kota memiliki Ripparda.