Pembangunan kepariwisataan merupakan bagian dari pembangunan nasional mempunyai tujuan antara lain memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja. Pariwisata merupakan industri yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan menggerakkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan. Di samping itu pariwisata sebagai suatu sektor yang kompleks, mampu menghidupkan sektor-sektor lain, seperti industri kerajinan, kuliner, penginapan, dan transportasi. Disebutkan bahwa pariwisata sebagai industri jasa cukup berperan penting dalam menetapkan kebijaksanaan mengenai kesempatan kerja, dengan alasan semakin mendesaknya tuntutan akan kesempatan kerja yang tetap sehubungan dengan selalu meningkatnya kegiatan wisata pada masa yang akan datang.
Kegiatan
Reyog dan Telaga Ngebel merupakan potensi wisata Kabupaten Ponorogo yang dikenal secara luas. Selain kekayaan budaya dan alam tersebut, terdapat pula Pondok Pesantren Modern Gontor yang terkenal sampai mancanegara. Potensi ini memungkin Ponorogo untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata yang unggul.
Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan secara sistematis bedasarkan konsep, kebijakan dan rencana strategis yang tepat dan ditindaklanjuti dengan penetapan peraturan daerah terkait. Hal ini diwujudkan dalam dokumen Rencana Induk Kepariwisataan Daerah (Ripparda) Kabupaten Ponorogo dan Naskah Akademik Raperda Ripparda Kabupaten Ponorogo yang disusun oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Ponorogo dan Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada pada tahun 2021.
Pemerintah Kota Tual bekerja sama dengan Pusat Studi Pariwisata UGM dalam menyusun Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Ripparda) Kota Tual. Hadir pada kesempatan ini tenaga ahli Pusat Studi Pariwisata UGM antara lain Dr. Destha Titi Raharjana S.Sos. M.Si, Wijaya, S.Hut. M.Sc dan Henry Brahmantya S.Ant.
Wakil Walikota Tual, Usman Tamnge, saat membuka seminar mengatakan pariwisata merupakan salah satu sektor yang diunggulkan untuk menggerakan roda perekonomian daerah. Untuk itu, perlu digerakkan aktifitas pelayanan guna memenuhi kebutuhan multiplier ekonomi dalam masyarakat.
Seminar Series Revitalisasi Manajemen dan Navigasi Para Pemasar Destinasi Pada Masa Pandemi Covid-19
Puspar UGM menyelenggarakan seminar series secara online pada 21 Mei 2021 dengan mengangkat tema utama yaitu Revitalisasi Manajemen dan Navigasi Para Pemasar Destinasi Pada Masa Pandemi Covid-19. Menghadirkan narasumber
Keynote Speaker : Dr. Sandiaga S. Uno, MBA., Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Barekraf.
Narasumber 1 : Dr. Frans Teguh, MA., Plt. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Kemenparekraf/Barekraf
Narasumber 2 : Dr. Agus Rochiyardi, M.M., Direktur Pemasaran Badan Otorita Borobudur.
Tourism destinations after COVID-19?
Tools, methods, strategies and instruments for building Yogyakarta back better
Pariwisata setelah COVID – 19 ?
Sejak COVID-19 menyebar ke seluruh dunia, banyak negara melakukan lock down untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Perjalanan hanya dimungkinkan untuk jarak pendek sedangkan perjalanan internasional tidak mungkin dilakukan. Orang-orang juga tidak diperkenankan berkumpul dalam jumlah besar. Hal ini membuat sektor pariwisata mengalami kemunduran dan menghadapi kondisi yang penuh ketidakpastian di masa depan.
Melihat kondisi ini, CELTH, sebuah organisasi para pakar dalam leisure, tourism & hospitality menawarkan panduan untuk menyusun berbagai skenario untuk kebangkitan pariwisata. Panduan-panduan ini disampaikan dalam sebuah webinar yang dilakukan bersama dengan Pusat Studi Pariwisata UGM. Dalam kegiatan ini akan disampaikan panduan-panduan praktis dan contoh-contoh best practice di beberapa negara yang diharapkan dapat membantu para pemangku kepentingan di Yogyakarta untuk membangkitkan pariwisata pasca pandemi.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/ Baparekraf) menggandeng Puspar UGM berupaya mengembangkan potensi desa wisata sebagai salah satu cara pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
Hasil kajian bertujuan untuk dapat menjawab pertanyaan riset antara lain : seberapa besar potensi dan dampak ekonomi masyarakat desa wisata serta bagaimana gambaran indikator mikro desa wisata pada saat pra pandemi – pandemi – pasca pandemi covid-19,sehingga dapat diperoleh strategi yang tepat bagi pemerintah dan stakeholder terkait dalam upaya mempersiapkan adaptasi kebiasaan baru dalam pengembangan desa wisata selanjutnya.
Seminar Series Kepariwisataan Online Pusat Studi Pariwisata UGM
“PARIWISATA DAN KENORMALAN BARU dalam PERSPEKTIF ILMUWAN”
23 Juli 2020, 09.00 – 12.00 WIB
Kenormalan Baru (new normal) pasca pandemi Covid-19 membawa implikasi yang rumit dalam pariwisata Indonesia.
Semua mata-rantai produk pariwisata, wisatawan, masyarakat, pemerintah, dan pelaku bisnis, harus beradaptasi dengan tuntutan Kenormalan Baru tersebut.
Strategi dan aksi perlu ditemukan agar ia tidak dihadapi semata-mata sebagai hambatan tetapi sekaligus peluang untuk melanjutkan pembangunan pariwisata Indonesia.
Tema Pelatihan 7 | PERENCANAAN KAWASAN EKOWISATA |
Latar Belakang | Pembangunan pariwisata di daerah sudah saatnya untuk dipersiapkan secara lebih terstruktur, terpadu dan berkesinambungan. Pariwisata dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan penerimaan devisa negara, juga diandalkan bagi tumbuh berkembangnya peluang berusaha masyarakat sekitar kawasan serta terbentuknya interaksi antar budaya dan misi pelestarian lingkungan. Misi untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber devisa utama sebagai penopang pertumbuhan ekonomi seringkali membawa pemikiran perumus kebijakan pada aspek-aspek kuantitatif pariwisata. Pembangunan pariwisata diartikan sebagai bagaimana memfasilitasi kedatangan wisatawan sebanyak mungkin, dengan lama tinggal selama mungkin dan membelanjakan uangnya sebanyak mungkin. Proyeksi-proyeksi dilakukan untuk mengestimasi multiplier effect pariwisata. Obsesi untuk memfasilitasi datangnya wisatawan ini seringkali melupakan pertimbangan daya-dukung daerah tujuan wisata. Untuk mengatasi hal ini muncul konsep sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan. Ekowisata merupakan salah satu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangannya, ekowisata juga menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdaya guna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Hal ini disebabkan karena melalui ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya. |
Sasaran yang diharapkan | Peserta :
|
Materi Ajar | Bahan Pembelajaran :
|
Metode Pelatihan | Komposisi :
50 % Teori diskusi di kelas dan 50% Kunjungan Lapangan |
Tema Pelatihan 8 | TEKNIK PENYUSUNAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA (CARRYING CAPACITY) |
Latar Belakang | Pengembangan destinasi pariwisata perlu berbasis perencanaan dan pengendalian. Komponen destinasi di dalamnya mencakup aspek fisik dan lingkungan sosial budaya. Oleh sebab itu penting untuk diketahui tingkat kerawanan komponen lingkungan tersebut. Di pihak lain, salah satu hal yang cari wisatawan di destinasi adalah tercapainya kepuasan. Kondisi inilah yang patut disadari dan dipertimbangkan oleh pengelola daya tarik wisata, agar tercapai kepuasan wisatawan secara maksimal, maka penting untuk dipahami aspek daya dukung di kawasan pariwisata. |
Sasaran yang diharapkan | Peserta :
1. Mengidentifikasi potensi pariwisata di destinasi pariwisata dan dampak yang disebabkan oleh aktivitas pariwisata terhadap lingkungan. 2. Menganalisis carrying capacity kawasan wisata, baik fisik dan non fisik. 3. Merumuskan strategi penguatan carrying capacity untuk destinasi 4. Praktek analisis daya dukung kawasan wisata. |
Materi Ajar | Bahan Pembelajaran :
|
Metode Pelatihan | Komposisi :
50 % Teori diskusi di kelas dan 50% Kunjungan Lapangan |
Tema Pelatihan 3 | PERENCANAAN DESTINASI PARIWISATA |
Latar Belakang | Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat telah banyak mempengaruhi dunia bisnis dan kehidupan sosial masyarakat, termasuk industri pariwisata. Revolusi 4.0 menurut respon pengelola pariwisata. Perubahan tersebut terlihat dari cara mereka mencari informasi, merencanakan dan mengimplementasikan perjalanannya, beraktivitas di destinasi dll. Perubahan perilaku tersebut dipercaya karena diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi yang kini kian pesat. Selain itu fenomena dari peralihan era tersebut, membuat pengunjung semakin tergantung dan memiliki kecendurungan yang menginginkan kemudahan serta cara-cara yang cepat. Oleh karena itu, industri pariwisata seudah mulai menunjukkan ketergantungannya terhadap teknologi informasi dan komunikasi dalam menciptakan dan menyampaikan value kepada pengunjungnya agar lebih berdaya saing. |
Sasaran yang diharapkan | Peserta :
|
Materi Ajar | Bahan Pembelajaran :
a. Pengantar : Mengenal smart destination b. Teknik implementasi smart destination c. Pendekatan smart destination dalam industri pariwisata d. Studi kasus : Destinasi Smart Destination |
Metode Pelatihan | Komposisi :
50 % Teori diskusi di kelas dan 50% Kunjungan Lapangan |