Pembangunan kepariwisataan Halmahera Utara tidak terlepas dari destinasi Moratai sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yang saat ini mulai berkembang dan ramai kunjungan. Oleh karena itu, satu hal penting dalam membangun pariwisata di Halmahera Utara adanya sinergitas antar pemangku kepentingan, termasuk antara pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi Maluku Utara. Pemkab sangat berharap mendapat imbas dan limpahan wisatawan dari Morotai ini. Dengan pembangunan kepariwisataan di wilayah Halmahera Utara meyakini akan mempercepat masuknya investasi, mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan sumber pendapatan baru di luar perikanan dan tambang. Dengan kehadiran pariwisata juga diharapkan mampu melestarikan alam, lingkungan dan budaya.
Pariwisata hadir untuk merawat alam dan budaya yang dimiliki di Bumi Hibua Lamo ini yang masih memegang adat istiadat yang kuat. Pariwisata Halmahera Utara memiliki potensial market untuk wisatawan Jepang. Para wisatawan Jepang dapat melakukan perjalanan romantisme napak tilas dengan melihat bangkai kapal Jepang Tosimaru di Malifut dan peninggalan PD II lainnya. “Sebutan The Little Tokyo untuk wilayah Kao-Malifut mulai ramai di media sosial. Saat ini amenitas mulai tumbuh dengan munculnya hotel-hotel baru yang lebih representatif untuk menginap tamu. Hal yang cukup menggembirakan kepariwisataan di Halmahera Utara hadirnya resort dan cottage milik swasta di Telaga Paca, Pulau Meti, dan Pulau Magaliho. Resort-resort dengan para pemiliknya ini diharapkan mampu mendorong pemberdayaan masyarakat lokal dengan melibatkan, mendidik calon-calon tenaga kerja lokal sebagai bagian dari pelaku usaha wisata.
Hasil kajian Puspar UGM menyebutkan terkait daya tarik wisata mencatat ada 133 objek tersebar di 15 kecamatan. Daya tarik wisata alam menempati urutan terbanyak, yaitu 117 objek atau 88 persen, disusul daya tarik wisata budaya 15 objek atau 11 persen, dan daya tarik wisata buatan sebanyak 1 objek atau 1 persen. Dari 133 daya tarik wisata terdapat 10 daya tarik wisata unggulan, yaitu Tanjung Bongo, Pulau Meti, Pantai Luari, Pulau Kahino, Telaga Paca, Air Panas Mamuya, Pulau Tagalaya, Pantai Kupa-Kupa, Pulau Magaliho, dan Telaga Duma. Sedangkan 34 objek atau 26 persen daya tarik lainnya termasuk kategori menonjol dan 89 objek atau 67 persen masuk kategori potensial. Dengan kondisi sumber daya wisata tersebut, Puspar UGM menawarkan Visi Kepariwisataan Kabupaten Halmahera Utara 2023-2032, yaitu “Terwujudnya Kabupaten Halmahera Utara sebagai Destinasi Ekowisata yang Berkelanjutan, Inovatif, Sinergi, dan Menyejahterakan Masyarakat”. Mengapa ekowisata? Halmahera Utara memiliki 2 basis produk ekowisata yang kuat, yaitu potensi alam yang sangat beragam seperti 65 pulau-pulau kecil, 52 spot dive, 121 desa pesisir, underwater volcano, 5 gunung 1 diantaranya gunung api, 6 telaga, air panas alami, 64 DAS, keragaman flora dan fauna endemik burung Gosong Maluku, air terjun, laguna, mangrove serta keragaman budaya adat tradisi masyarakat adat Hibua Lamo, serta peninggalan perang dunia II di wilayah Kao-Malifut.
Analisis kewilayahan pariwisata yang dilakukan Puspar UGM mengusulkan tiga Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK). KSPK 1 Kota Tobelo-Gugusan Pulau Tobelo dan sekitarnya bertema wisata bahari, pantai didukung wisata city tour, wisata budaya dan kuliner. KSPK 2 Galela dan sekitarnya bertema wisata tirta (telaga dan air panas) didukung wisata bahari, petualangan alam gunung api, budaya, dan kuliner. KSPK 3 meliputi Telaga Paca, Pulau Meti, Pulau Magaliho dan sekitarnya bertema ekowisata telaga, hutan, dan wisata bahari didukung wisata budaya dan kuliner.