Berikut kami sampaikan materi Semiloka Kepariwisataan 30 Tahun Puspar UGM yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada pada 23 Juli 2024.
Desa wisata bisa menjadi salah satu destinasi alternatif saat berkunjung ke DIY. Hanya saja, masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dirampungkan agar desa wisata di DIY lebih berdaya saing dengan destinasi wisata lainnya.
Peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Destha Titi Raharjana mengatakan pekerjaan rumah yang pertama yakni harus punya aspek kelembagaan dan legalitas yang jelas. Untuk memastikan hal tersebut diperlukan dukungan dari pemerintah kalurahan serta instansi terkait. Masalah kelembagaan akan diikuti dengan kesiapan dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) pengelola desa wisata, diperlukan tim inti dalam mengelola desa wisata. Tim ini bertugas mengelola desa wisata setiap hari serta monitoring dan evaluasi.
Sektor pariwisata dipercaya sebagai katup penyelamat ekonomi perdesaan jika mampu dikelola dengan profesional. Hadirnya pariwisata di desa mampu membuat rasa bangga sekaligus menjadikan warga desa lebih percaya diri.
Mereka tentunya merasa bisa lebih maju dari lainnya. Dari perspektif pariwisata, eksistensi desa wisata diharapkan mampu menjadi produk alternatif yang mampu menguatkan co-creation agar mampu menahan wisatawan lebih lama.
Demikian disampaikan Dr. Destha Titi Raharjana, S.Sos. M.Si., pegiat Wisata Kerakyatan Peneliti di Pusat Studi Pariwisata UGM pada Webinar bertema Membangun Desa Wisata Yang Unggul, Tangguh dan Berkelanjutan. Webinar diselenggarakan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo-Flores, di Labuan Bajo Selasa (14/5).
Pemerintah Kabupaten Sikka melalui Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang) bekerja sama dengan Pusat Studi Pariwisata (Puspar) Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Seminar Pendahuluan Reviu Dokumen Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (Ripparda) Kab. Sikka. Seminar ini merupakan wujud realisasi dari kegiatan kerja sama antara UGM dengan Pemkab Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kegiatan ini diselenggarakan di Aula Kantor Bapelitbangkab Sikka dan dibuka Pj Sekda Margaretha Movaldes Da Maga Bapa, ST., M.Eng, Rabu (30/4/2024).
Dr. Destha Titi Raharjana, S.Sos. M.Si. peneliti Puspar UGM menyatakan salah satu faktor penentu kemajuan desa wisata tidak lain dan tidak bukan menyangkut kapasitas sumber daya manusia pada lembaga pengelola desa wisata. Karena pengembangan desa wisata sejatinya dijalankan melalui community based tourism (CBT).
“Artinya, menempatkan masyarakat desa sebagai subjek adalah hal utama yang penting dilakukan”, ujarnya saat menjadi narasumber dalam Pelatihan Manajemen Kelembagaan pada kegiatan Kampanye Sadar Wisata (KSW) 5.0 bertempat di desa wisata Kembang Kuning, Lombok Timur, Selasa (22/4).
Peningkatan jumlah wisatawan di Jogjakarta dipengaruhi beragam aspek. Hanya saja, yang tidak kalah penting adalah tersedianya fasilitas yang mumpuni.
Secara faktual, perkembangan daya tarik dan fasilitas penunjang wisata juga sudah terbangun di Jogja, penataan, pembenahan serta perbaikan layanan pun secara serius telah digarap. “Baik oleh pemerintah ataupun para pelaku wisata serta masyarakat lokal yang merasa hidupnya dari pariwisata,” sebut peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM, Dr. Desttha Titi Raharjana.
Pusat Studi Pariwisata UGM berkolaborasi dengan INSISTPress dalam kegiatan Webinar Membedah (Buku) Desa Wisata karya Nurdiansyah Dalidjo.
Bagaimana konsep dan tujuan desa wisata? seberapa signifikan desa wisata bagi pariwisata dan seberapa relevan dalam mengurai persoalan (masyarakat) desa? itulah beberapa pertanyaan yang dibahas dari buku ini.
Selengkapnya
Pariwisata memiliki peran vital dalam perekonomian Indonesia, mendorong pertumbuhan sektor jasa, menyerap tenaga kerja, dan mendukung inklusivitas ekonomi. Meskipun kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mengalami fluktuasi akibat pandemi, sektor pariwisata Indonesia mencatat prestasi dengan naiknya indeks daya saing pariwisata.
Yogyakarta, sebagai destinasi wisata, menduduki peringkat tinggi dalam preferensi liburan dan pasar wisatawan mancanegara. Meski terdapat penurunan kunjungan wisatawan di Daya Tarik Wisata (DTW) Yogyakarta dari 2016 hingga 2019, 97% wisatawan mengunjungi kawasan cagar budaya.
Mudik sebagai fenomena budaya yang sudah berlangsung lama, jutaan orang melakukan perjalanan ke kampung halaman untuk berkumpul bersama keluarga. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI memperkirakan sebanyak 193,6 juta penduduk akan melakukan mudik lebaran tahun ini, atau naik sekitar 60 persen dibanding tahun 2023 lalu.
Peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) Universitas Gadjah Mada, Destha Titi Raharjana, mengatakan tradisi mudik mampu memberikan dampak multiplier effect bagi perekonomian yang menjadi daerah tujuan mudik. Sebab setiap pemudik adalah wisatawan yang akan berkesempatan mengunjungi destinasi wisata dan membelanjakan uangnya sepanjang perjalanan sehingga membangkitkan kegiatan usaha UMKM. “Kegiatan mudik lebaran bisa meningkatkan sektor pariwisata. Selain tujuannya pulang kembali ke kampung halaman, para pemudik yang berkesempatan melihat daya tarik wisata sehingga bisa menambah pendapatan masyarakat sekitar,” kata Destha dalam Sekolah Wartawan yang bertajuk Fenomena Mudik dan dampak bagi Sektor Pariwisata, Kamis (28/3), di ruang Fortakgama UGM.
Kegiatan ini merupakan program yang dijalankan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI melalui Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan c.q. Direktorat Pengembangan SDM Pariwisata. Diskusi terpumpun ini dilakukan di tiga desa wisata yakni pada 8 Maret 2024 di Desa Wisata Buwun Sejati, Lombok Barat, 9 Maret 2024 di Desa Wisata Bonjeruk, Lombok Tengah dan 10 Maret 2024 di Desa Wisata Mertak, Lombok Tengah.
Dr. Destha Titi Raharjana, M.Si. sebagai peneliti di Pusat Studi Pariwisata UGM diundang sebagai narasumber dalam Diskusi Terpumpun. Adapun selaku narasumber bertugas menjelaskan tujuan kegiatan dan tahapan KSW 5.0; melakukan pemetaan awal kondisi eksisting desa wisata melalui 7 aspek: kelembagaan, kunjungan wisatawan, paket wisata, home stay, UMKM, pemasaran, dan kemitraan. Menceritakan kisah sukses desa-desa peserta KSW 5.0 tahun 2023 dan menjelaskan factor-faktor yang menjadi kunci suksesnya; menjelaskan pentingnya komitmen pimpinan desa, dan keharmonisan antar lembaga desa dalam menjamin keberhasilan program KSW 5.0.; mengkonfirmasi data desa yang telah diisi sebelumnya oleh pihak desa; menentukan kebutuhan pelatihan untuk desa dengan metode Training Needs Analysis; menjelaskan peran local champion dalam implementasi program serta menjelaskan tahapan kegiatan selanjutnya.