
DIY dianggap cukup kuat menjadi tujuan destinasi wisata saat libur akhir pekan serta long weekend. Namun DIY masih perlu mengembangkan wisata yang mampu menyerap wisatawan pada weekdays atau hari kerja.
Hal ini disampaikan oleh Peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM, Dr. Destha Titi Raharjana, S.Sos., M.Si. mendorong pemerintah dan juga masyarakat di DIY, untuk tidak hanya mengandalkan kunjungan wisata selama weekend atau long weekend. Tantangan ke depannya, lanjutnya, terkait DIY dalam mengupayakan weekdays tourism.
“Saya melihat, salah satu satu strategi mendatangkan wisatawan dapat dijalankan dengan pengembangan wisata weekdays. Diharapkan wisata model ini menjadi strategi tersendiri bagi DIY, dengan didukung inovasi paket dan produk wisata yang memiliki nilai-nilai minat khusus (special interest) dengan segmen wisatawan kelompok sosial tertentu pula,”
DIY juga masih perlu menguatan ekosistem pariwisata. Dr. Destha titi Raharjana menyatakan perlu adanya dukungan kebijakan serta anggaran yang proposional. Hal ini terutama apabila DIY ingin serius menjadikan sektor pariwisata sebagai engine economics atau mesin ekonomi.
Selain itu, masyarakat juga perlu berperan aktif menjadi tuan rumah yang baik. Hal itu menjadi suatu kewajiban, mengingat banyak aspek yang perlu dibenahi agar strategi pengembangan wisata DIY bisa lebih berdampak positif. Dalam menyambut libur Idulfitri misalnya, terdapat titik-titik kepadatan kendaraan hingga dampak timbunan sampah. Ada pula tantangan belum meratanya kunjungan wisatawan di wilayah DIY.
“Terbatasnya inovasi daya tarik wisata, banyaknya wisatawan [yang] masuk ke Jogja, namun belum diikuti dengan daya beli yang tinggi, adalah hal-hal yang masih perlu dievaluasi oleh segenap pihak,” .