Pariwisata memiliki peran vital dalam perekonomian Indonesia, mendorong pertumbuhan sektor jasa, menyerap tenaga kerja, dan mendukung inklusivitas ekonomi. Meskipun kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mengalami fluktuasi akibat pandemi, sektor pariwisata Indonesia mencatat prestasi dengan naiknya indeks daya saing pariwisata.
Yogyakarta, sebagai destinasi wisata, menduduki peringkat tinggi dalam preferensi liburan dan pasar wisatawan mancanegara. Meski terdapat penurunan kunjungan wisatawan di Daya Tarik Wisata (DTW) Yogyakarta dari 2016 hingga 2019, 97% wisatawan mengunjungi kawasan cagar budaya.
Yogyakarta memiliki ambisi menjadi kota wisata budaya terbaik di Asia Tenggara dengan visi pembangunan wisata yang mencakup kelas dunia, daya saing, wawasan budaya, keberlanjutan, dan pemberdayaan masyarakat. Dengan moto “Jogja Cultural Experiences,” Yogyakarta menekankan budaya sebagai karakter pariwisata, didukung oleh lima Kawasan Cagar Budaya (KCB) seperti Kotabaru, Kotagede, Pakualaman, Malioboro, dan Kraton. Upaya pengembangan KCB sebagai Daya Tarik Wisata (DTW) didasarkan pada pemikiran bahwa KCB, sebagai bagian dari warisan, perlu dijaga dan dilestarikan untuk memberikan dampak positif pada kesejahteraan masyarakat.
Dalam pengembangan ini, perhatian khusus diberikan pada isu-isu terkait pemanfaatan yang berlebihan atau keliru terhadap atribut KCB dan penurunan kualitas nilai-nilai pusaka. Pemahaman dan kesadaran publik terhadap pelestarian dan pemanfaatan KCB perlu ditingkatkan, dan diperlukan rumusan konsep dan rencana pengembangan yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun strategi rencana pengembangan dan menyusun konsep pengembangan pariwisata berkualitas pada kawasan cagar budaya terpilih di Kota Yogyakarta.
Selengkapnya, silakan menghubungi Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada