• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Pariwisata
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • Tentang PUSPAR
    •  Visi & Misi
    •  Struktur Organisasi
    • Tenaga Ahli
    •  Keahlian
  • Kegiatan
    • Studi/Penelitian
    • Publikasi
    • Pelatihan
    • Seminar
    • Berita
  • Perpustakaan
  • JURNAL NASIONAL PARIWISATA
  • id
    • en
    • id
  • Beranda
  • Kegiatan
  • Studi/Penelitian
  • Puspar UGM Menyusun Kajian Mikro Desa Wisata

Puspar UGM Menyusun Kajian Mikro Desa Wisata

  • Studi/Penelitian
  • 5 May 2021, 04.48
  • Oleh: ps.pariwisata
  • 0

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/ Baparekraf) menggandeng Puspar UGM berupaya mengembangkan potensi desa wisata sebagai salah satu cara pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Hasil kajian bertujuan untuk dapat menjawab pertanyaan riset antara lain : seberapa besar potensi dan dampak ekonomi masyarakat desa wisata serta bagaimana gambaran indikator mikro desa wisata pada saat pra pandemi – pandemi – pasca pandemi covid-19,sehingga dapat diperoleh strategi yang tepat bagi pemerintah dan stakeholder terkait dalam upaya mempersiapkan adaptasi kebiasaan baru dalam pengembangan desa wisata selanjutnya.

Lokasi kajian telah ditentukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yakni 5 DPSP berdasarkan RPJMN 2020-2024 dan pada setiap DPSP dipilih lima desa wisata sebagai sampel secara purposif yang mewakili desa wisata rintisan, berkembang dan maju. Data sekunder diolah dengan menggolongkan tendensi sentral dalam dua periode yang berbeda (pre dan selama pandemi) untuk melihat perubahanperubahan yang terjadi di destinasi maupun di desa wisata sendiri. Data primer melalui observasi dan kuesioner yang dibagikan kepada responden secara langsung di setiap desa wisata.

Data primer juga dikumpulkan melalui FGD dengan melibatkan 15 orang atau masing-masing 3 orang pengelola atau pelaku usaha pariwisata setiap desa. Dengan demikian, kajian ini melibatkan setidaknya 225 sumber data primer, baik responden maupun informan. Untuk melihat perubahan yang terjadi selama pandemi maka dilakukan perhitungan total skor ketujuh dimensi yang diukur, yakni produk, pasar dan pemasaran, kelembagaan, CHSE, investasi, adaptasi, dan kebutuhan yang mendesak. Bobot ketujuh dimensi ini sama, tetapi jumlah item indikator dimensi berbeda-beda. Jumlah item indikator untuk 7 dimesi adalah 29 dan pilihan jawaban untuk setiap item indikator berjenjang antara 0 (nol) hingga 4 (empat).

Tabel Penentuan Total Skor Perubahan Desa Wisata

Kesimpulan pada dimensi produk DPSP yang memiliki total nilai skor tinggi sebelum pandemi memiliki prosentase penurunan lebih rendah dibanding DPSP yang memiliki skor sedang sebelum pandemi. Hal ini sebagaimana terlihat dalam tabel DPSP Labuhan Bajo yang memiliki penurunan 54% (total nilai sebelum pandemi 536 dan setelah pandemi 242) dan DPSP Mandalika yang memiliki penurunan 21% (total nilai sebelum pandemi 813 dan setelah pandemi 637). Pada dimensi pasar dan pemasaran mencermati jumlah wisatawan dan length of stay yang turun secara signifikan adalah fakta yang terjadi pada saat pandemi di seluruh destinasi. Dimensi yang mencermati keaktifan kinerja lembaga pengelola dan jejaring kemitraan dengan pihak lain mencatat bahwa DPSP yang memiliki tingkat penurunan rendah yaitu Mandalika dan DPSP dengan tingkat penurunan tertinggi yaitu Labuan Bajo. Dimensi CHSE adalah satu-satunya yang mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya kesadaran para pengelola desa wisata dalam merespon kebutuhan wisatawan di era pandemi. Kondisi pandemi sangat berpengaruh secara signifikan terhadap dimensi investasi mengingat pergeseran prioritas kebutuhan menjadikan dana CSR dari pihak swasta terbatas bahkan tidak ada sama sekali sebagaimana yang terjadi pada DPSP Danau Toba. Dimensi adaptasi mendapati banyaknya jumlah tenaga kerja yang diberhentikan serta tingkat dukungan warga yang menurun. Dimensi kebutuhan menunjukkan penurunan kemampuan masyarakat desa secara finansial untuk membiayai usaha pariwisata yang dijalankan, sehingga desa wisata pada DPSP yang cukup mapan seperti Mandalika memerlukan suntikan modal.

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Recent Posts

  • Merancang Masa Depan Pariwisata Kulon Progo : Sinergi Puspar UGM dan Dinas Pariwisata dalam Penyusunan Naskah Akademik Ripparda
  • Penyusunan Masterplan Daya Tarik Wisata
  • Call For Paper Jurnal Nasional Pariwisata
  • Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (Ripparda)
  • Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Perlu Kembangkan Wisata Weekdays
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Pariwisata
Universitas Gadjah Mada

Kompleks Bulaksumur D-8, Yogyakarta,
55281 Indonesia

Email: ps.pariwisata@ugm.ac.id
Telp/Fax : (+62) 274 564-138

WhatsApp : +62 87829709745

© Puspar, Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju