Kegiatan
REFLEKSI KEPARIWISATAAN NASIONAL 2017
oleh :
Prof. Dr.-Phil Janianton Damanik, M.Si. (Kepala Pusat Studi Pariwisata UGM)
Dra. Hj. Sudarningsih, M.Si (Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman)
H.Arista Atmadjati,SE.MM.(Penggiat Aviasi Indonesia)
Indonesia terus memacu laju perkembangan pariwisata. Alokasi anggaran meningkat dalam 3 tahun terakhir disertai oleh capaian kuantitatif yang signifikan. Posisi indonesia di pentas internasional sebagai destnsi yang atraktif semakin nyata dan diperhitungkan. Sejumlah penghargaan diraih sebagai bukti pengakuan atas daya tarik indonesia. Hal ini tidak terlepas dari kemauan kuat pemerintah untuk mempromosikan indonesia sebagai destinasi berdayasaing tinggi dan mendorong pariwisata sebagai sektor ekonomi unggulan. Meskipun demikian masih banyak tantangan besar. Hal ini terutama berkait dengan target jangka pendek menarik 20jt wisman tahun 2019. Konektivitas lewat jalur penerbangn internasional masih terbatas, padahal 70% wisman masuk melalui bandara. Birokrasi dan biaya bandara masih perlu berbenah lebih tangkas. Perlu dicatat juga bahwa kinerja sektor pariwisata juga belum banyak menghilir ke dalam bentuk kesejahteraan masyarakat, pengurangan ketimpangan ekonomi, pelestarian lingkungan dan lain lain sebagaimana diamanatkan oleh UU. Perlu strategi yang tepat untuk menyandingkan outward looking policy, yakni raihan devisa, dengan inward looking policy, yakni realisasi distribusi sumberdaya pariwisata kepada masyarakat luas.
MENAKAR DAYA JUAL EKOWISATA DI INDONESIA
oleh : M. Nurdin Razak (Ecotourism Consultant and Wildlife Photographer)
Dewasa ini, jumlah wisatawan yang melakukan outdoor activity terus berkembang. Outdoor activity tersebut biasanya meliputi aktivitas pendakian, bersepeda, ekowisata bahari seperti diving dan snorkeling. Ekowisata petualangan dengan berbasis alam merupakan pendekatan ekowisata yang lebih sederhana dan didasarkan pada daya tarik alami, serta keinginan untuk merasakan kesenangan pribadi. Sedangkan ekowisata melibatkan minat spesialisisasi atau aktivitas yang penuh dengan dedikasi dan kesediaan untuk menikmati aktivitas luar seperti di hutan belantara dengan sedikit kenyamanan. Semakin berkembangnya aktivitas ekowisata dapat memacu banyaknya pelaku wisata yang telah merespon pada kisaran minat ini dengan langkah mengembangkan banyak tipe segmen pasar.
STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MENUJU DESTINASI PARIWISATA TERSERTIFIKASI
oleh : Hadi Wahyu Widodo Raden, SS., MM-CAAE. (Pakar Praktisi Bidang Pariwisata)
Sertifikasi usaha pariwisata memberikan dampak sangat positif bagi kemajuan industri pariwisata itu sendiri, bahkan diyakini bisa meningkatkan daya saing industri pariwisata baik di tingkat nasonal maupun internasional, termasuk kompetisi secara langsung bagi sesama pelaku usaha pariwisata. Mengingat sudah siap semua daya dukung regulasi dan perangkatnya, tetapi masih belum bisa mewabah pelaksanaan sertifikasinya, maka patut “dicurigai” adanya missing-link di dalam pergulatan sertifikasi usaha pariwisata ini. Diharapkan melalui diskusi ini, akan bisa diuraitemukan penyebab, akibat dan solusi yang implementatif agar sertifikasi usaha pariwisata di Indonesia dapat berjalan sesuai tujuannya. Dan selanjutnya, semua pemangku kepentingan terkait, tidak lagi memiliki keraguan untuk menerapkan sertifikasi usaha pariwisata kalau tidak mau ketinggalan jauh di belakang dan akhirnya hanya tetap menjadi penonton saja.
CARA CERDAS MEM-BRANDING DESTINASI WISATA: Prespektif Komunikasi Visual
oleh : Dr. Sumbo Tinarbuko, M.Sn (Dosen Komunikasi Visual, ISI Yogyakarta)
Perlu kiranya Pemda mengenal diri dan potensi alias harus kenal produk yang dimiliki. Dari produk yg teridentifikasi pasti dapat ditemukan yang Unggulan ..Untuk kemudian dipasarkan kepada Siapa target marketnya. Kenapa hal itu masih susah dijalankan dan dipahami Birokrat ataupun pelaku wisata? Apa yg menjadi kendala, dan kiat kiat apa yang bisa dijalankan dengan konsep high’ impact low budget….dan Dalam konteks desa atau kampung wisata yang saat ini tengah menjadi trend di DIY, sekiranya perlu juga diberikan bekal bagaimana menciptakan Branding, desa, kampung atau atraksi yang mampu menjadi Unit Selling Point,dengan tetap mengedepankan Lokalitas.
CULTURAL VALUE IN HISTORIC TOWN OF YOGYAKARTA: Usage of Traditional Shared Space “Pendopo” in Historical Area of Kotagede
oleh : Kunihiko Ono (Cyber University, Tokyo)
Although legislation and regulations concerning preservation and conservation of Cultural Heritage is progressing steadily in Indonesia, there has been very few study focused on utilization. Based on this background, the principal aim of this study is to understand the value as cultural heritage and actual situation of utilizing traditional houses of Kotagede. Also we discuss about knowledge necessary for considering future use /utilization and the factors of traditional houses being lost or actively.
PERENCANAAN KEPARIWISATAAN BERKELANJUTAN : Kompleksitas dan Solusinya
oleh Prof. Dr. Helmut F. Weber (Director of Asian Studies and Management/ Sustainable Tourism Planning Departement of Business, Cultural and Legal Studies, Konstanz University of Applied Sciences)
Waktu dan tempat :
23 Februari 2017
Jam 13.00 -15.00 WIB
R. Pertemuan Pusat Studi Pariwisata UGM
Kompleks Bulaksumur J-3 Yogyakarta
Registrasi : Isni (0274) 564-138
MENGUATKAN PARIWISATA SAUJANA PUSAKA JOGJA
oleh Dr. Ir. Laretna T. Adishakti, M.Arch (Penggiat Saujana Budaya, dan Dosen Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan, FT-UGM)
Saujana pusaka (heritage cultural landscape) merupakan refleksi tata cara masyarakat dalam mengolah lahan dan sumberdaya alam lain secara berkelanjutan yang menunjukkan keseimbangan hidup dengan alam dan terpeliharanya identitas budaya masyarakat. Jogja dengan kota dan kabupatennya memiliki kekayaan saujana pusaka yang beragam, mulai dari desa-desa budaya, kampung-kampung kota, pusaka geologi, perbukitan, gunung, panorama, ruang-ruang yang memproduksi karya-karya seni hingga aset-aset yang telah diakui dunia seperti Kompleks Candi Prambanan, Geo-Park, Batik, Wayang, Keris juga perhelatan seni seperti Biennalle Seni, ArtJog, dll. Sejarah telah menunjukkan pula refleksi olahan alam telah dilakukan secara inovatif dan kreatif dengan tetap menjaga keharmonisan lingkungan alam.Refleksi saujana pusaka Jogja telah memberikan Genius Loci, “the spirit of place”, suatu tempat protektif berkarakter “memang Jogja”. Pertanyaannya adalah sudah siapkah tempat-tempat itu menerima tamu dengan keseimbangan alam dan budaya, semangat tempat tetap terjaga dan kesejahteraan masyarakat terjamin? Apakah intervensi pembangunan yang dilakukan untuk menjadi tuan rumah tetap inovatif dan kreatif sekaligus melestarikan alam budayanya? Penting pula dipertanyakan, apakah kita percaya diri “ala Jogja yang kita punya” memiliki arti penting dalam pariwisata di dunia?