Pertumbuhan masyarakat kelas menengah di Indonesia terus meningkat sehingga saat ini jumlahnya sudah hampir setengah dari total populasi. Sebaliknya, angka kemiskinan terus turun menyisakan sekitar 11,66 persen atau sekitar 25,5 juta penduduk dari total populasi di negara ini (BPS, 2012). Artinya sekitar 79 persen dari total penduduk Indonesia ini sebenarnya sudah bisa hidup dengan ekonomi relatif baik, sehingga dengan peningkatan ekonomi masyarakat itu secara otomatis mendobrak daya beli sekaligus kemampuan bepergian atau berlibur. Berdasarkan data terakhir yang ada jumlah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan wisata pada tahun 2012 sebanyak 100 juta orang dengan frekuensi antara dua sampai tiga kali dalam setahun. Berdasarkan data tersebut maka sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat maka kebutuhan untuk berlibur pun meningkat. Dengan meningkatnya perjalanan wisata yang dilakukan maka diperlukan informasi tentang tujuan wisata, obyek wisata yang menarik, sarana yang tersedia seperti transportasi untuk mencapai daerah tujuan wisata, produk wisata yang diminati dan lain sebagainya. Akan tetapi selama ini untuk memperoleh informasi tersebut wisatawan sering mengalami kesulitan, karena tidak mengetahui dimana dan pada siapa harus meminta informasi.
Singkatnya ada kebutuhan informasi di bidang pariwisata yang terus meningkat dan perlu disiapkan dengan rapi dan terstruktur agar dapat diakses dengan mudah. Keberadaan Peta Wisata, Brosur, Leaflet dan Website memang menjadi andalan dalam melakukan pesebaran informasi terkait dengan sebuah destinasi pariwisata. Akan tetapi terdapat kelemahan pada masing-masing tools tersebut. Peta Wisata, tools ini memang dapat membantu wisatawan dalam menemukan tempat wisata dengan mudah. Akan tetapi dengan keterbatasan media yang ada maka informasi yang diinginkan oleh wisatawan tidak semua dapat ditampilkan di dalam peta. Kalaupun ditampilkan dengan sangat lengkap maka informasi yang ingin disampaikan menjadi hilang dan membingungkan. Kemudian brosur dan leaflet, media ini menyediakan informasi yang cukup tentang profil suatu daya tarik wisata. Namun media ini juga memiliki kendala karena tidak selalu terbarui dan tidak dapat interaktif. Selanjutnya adalah media website, sebagai pemandu wisata memang media website memiliki kecepatan cepat dan menjadi alternatif terakhir dalam meraih informasi. Akan tetapi kurangnya pemberian informasi terkini dan jumlah website penyedia informasi wisata yang sangat banyak semakin membuat wisatawan menjadi bingung untuk memilih tempat wisata yang tepat. Selain itu cara untuk mengkases juga menjadi tidak mungkin dimana wisatawan harus membawa minimal laptop untuk dapat mengakses website. Tentu saja proses tersebut juga akan memakan waktu yang cukup lama.
Disisi lain perkembangan pengguna telepon genggam di Indonesia juga sangatlah mengagumkan. Saat ini Indonesia menempati peringkat ketiga pengguna telepon genggam terbanyak di seluruh Asia Pasifik. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) hingga akhir tahun 2011 jumlah pengguna telepon genggam di Indonesia diperkirakan mencapai 250 juta pelanggan, jauh lebih banyak ketimbang jumlah penduduk di negara ini yang hanya 240 juta orang. Angka tersebut disebabkan karena tidak sedikit penduduk Indonesia yang memiliki dua jenis telepon genggam untuk berkomunikasi, GSM dan CDMA. Meskipun demikian, penggunaan telepon genggam masih didominasi oleh operator GSM yang diperkirakan berjumlah 95 persen. Sedangkan dari segi usia, hampir 60 persen pengguna telepon genggam adalah masuk dalam golongan usia produktif. Bahkan, sebanyak 51 persen diantaranya didominasi oleh masyarakat yang berusia maksimal 24 tahun.
Perkembangan teknologi tersebut juga mempengaruhi perkembangan perangkat mobile atau telepon genggam. Telepon genggam yang banyak diperbincangkan saat ini adalah telepon genggam berbasis Operating system (OS) android. Android merupakan Operating system yang berjalan pada perangkat mobile dan bersifat open source. Sistem operasi ini telah men-support berbagai tools dan API untuk pembuatan program mobile termasuk dalam pengaksesan google maps. Keberadaan Android di Indonesia dimulai pada awal bulan juli tahun 2009. Pada awal penggunaannya telepon genggam android ini mengalami pertumbuhan yang sangat mengagumkan hingga tahun 2010 pengguna telepon genggam ini sudah mencapai 0,29 persen dari pengguna telepon genggam di Indonesia. Kemudian pada tahun 2011 meningkat menjadi 6,35 persen, dan terus meningkat hingga pada juli tahun 2012 menjadi 15 persen dari pengguna telepon genggam di Indonesia. Bahkan pada tahun 2012 merupakan peningkatan yang paling banyak dari 9,1 persen pada awal tahun menjadi 21,53 persen dari jumlah pengguna di akhir tahun 2012.
Fakta tersebut kemudian oleh beberapa kabupaten dan kota ditangkap dengan membuat terobosan-terobosan kreatif salah satunya adalah penggunaan aplikasi berbasis Android untuk memasarkan daerah-daerah wisata (seperti Kabupaten Banyuwangi, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, DKI Jakarta, dan masih banyak lagi). Menurut saya hal itu sangat baik menggunakan teknologi dengan pengguna terbanyak dan menjadi segmen pasar wisatawan lokal. Namun permasalahan lain muncul, ternyata media informasi pariwisata yang ada selama ini juga belum memberikan informasi yang tepat sesuai dengan keinginan atau kebutuhan wisatawan. Informasi yang diberikan hanya sebatas profil mengenai daya tarik wisata tertentu tanpa ada informasi yang lain. Karena menurut saya bahwa wisatawan tersebut membutuhkan informasi yang selengkap mungkin terkait dengan destinasi pariwisata. Sebagai contoh jika ingin informasi mengenai daya tarik wisata Kraton maka perlu juga disampaikan rute pencapaiannya, rumah makan terdekat, hotel terdekat dengan variasi harga, paket wisata yang ditawarkan serta kondisi nyata pada waktu itu seperti kondisi jalan menuju lokasi salah satunya. Penggunan teknologi terbaru dan banyak digunakan haruslah juga dilengkapi dengan informasi yang tetap dan sesuai dengan kebutuhan para penggunanya.
Penulis: Henry Brahmantya, Staf Peneliti Pusat Studi Pariwisata UGM